Tentangku
Maka..
akulah arca yang terpahat dari aksara membusuk di musim semi
Langit retak pada bola mataku
lalu tumbuh kota-kota sunyi, ketika dedaunan gugur
sebelum menguning dan burung-burung menanggalkan sayap-sayapnya
Kubaca kembali gemetar purba disekujur tubuh
seperti Adam yang tersesat di rimba lampu-lampu kota
Dan perlahan hari-hari meninggalkanku di persimpangan
ketika mulutku terbaca mengeja mimpi,
segala mimpi tentang sebuah kematian hingga mulutku letih berdarah
Di ujung -ujung rambutku tertanam luka,
akupun bersiap memijah prasasti bagi matahari yang menulis sebuah usia
dalam kenangan yang berlumut.
Matahari yang bukan milikku,
matahari yang membakar almanak menjadi puisi kegetiran seperti kata-kata usang dari bibirmu,
seperti gambar buram pada matamu,
seperti lukisan koyak pada yelapak tangan.
Maka akulah arca,
Batu hitam yang terkapar pada etalase museummu.