Bahasa Darah
Alis matamu seperti ulat bulu itu, tak bisa lagi tercatat
oleh waktu. tapi, aku tak henti membacanya karena ada
bahasa darah disana. aku juga mengenang ribuan kepala
yang meracau dari tubuh-tubuh itu, hingga membuatku
mual dan ketakutan
Diantara ribuan bulu matamu, aku tanami tubuh-tubuh
yang telah beku dari padang pembantaian.
demikianlah waktu tak pernah hilap mencatat,
bahkan untuk menghitung bilangan jumlah.
Kau mungkin tak percaya, diantara alis matamu yang indah
dan menawan itu, berkali-kali kudengar
erang cinta yang terluka. karena padang pembantaian
tak letih membangun diri disana-sini
hingga dikelopak mata kita sendiri
hingga dibola mata kita