Pa..
Pa,..
tidak ada tiupan lilin
atau gaung lagu ‘Panjang Umur’
ah..
tubuhmu yang telah renta
tetap mencoba bertahan
diantara hempasan hidup
engkau tetap berjuang untuk hidup
yang mungkin takkan lama bertahan,
diantara kesombongan dan keangkuhan mereka,
yang dulu bertahan diantara sela kakimu
engkau tetap saja
bertahan dalam pendirianmu
diantara dendam dan rasa sakit hatiku
tetap saja,
engkau masih bersabar..
“biarkan Am!”, katamu.
Pa,
sengaja tahun ini
aku tidak ucapkan ucapan panjang umur,
walau jujur, sebenarnya perih
menahan untuk tidak kuucapkan
seperti tahun-tahun yang lalu
Pa,
aku kangen
masa kecilku
walau saat itu aku jarang dapat perhatian yang lebih darimu
dibanding saudara-saudaraku yang lain
walau saat itu yang ada “bukan dan jangan!” untukku.
Pa,
tidak terasa hampir 30 tahun
kamu temani aku
untuk dewasa
Terimakasih Pa!