Bencana,
tak seharusnya sia-sia meremas warna hitam
dan dari mulut malam darah mengalir
rubah penantianku yang terkapar
dimainkan waktu,
...ah, begitu lambat arakmu rasuki otakku!
walau dangkalnya langit
telah jauh tertinggal
Lembar-lembar hati yang pancarkan birahi
rembulan yang kujahit bersama darahmu
hingga sungai yang mengalir dimataku kering
dihempaskan rindu
Pada setiap gesekan biola
tak kuhentikan alir airmatamu
ketulusan hati
yang takkan tumbang