Kepada Malam
Kaki malam menggoreskan kaca jendela
menoreh sejarah tanpa muara pasti
ketika tiba-tiba muncul tanya
dimana kita akan mulai?
disini didada yang mungil ini
mengalir berjuta mimpi tanpa ujung
Disini ada rintih yang tertindih
ada tepuk tangan diantara kehancuran
ada harapan diantara kecemasan
mulut yang sibuk umbar janji
menggapai hari esok yang tanpa pijakan
mengambang diantara bulan muram
mengarungi malam tanpa henti
Wajahmu bulan
selalu setia menelusuri gelap
debgab kehangatan segelas kopi pahit
merenda malam dengan bintang
Tiba-tiba ada yang menjerit
ketika kau pijit kaki langit
ada yang tertunduk malu
ketika kau aduk perut bumi
Harap yang mulai mengawang
berselendang mega sunyi
kau tenggelamkan diri ketengah rimba
Mulut malam mengalirkan berguci-guci arak
namun tak seperti yang diharapkan
terasa sangat lambat mengaliri setiap rongga aorta
walau kedalaman cakrawala telah tak kutemukan
tanpa ada gelepar kepenatan otakku
Disini
ada rintih yang tertindih
bergelas kopi dan arak
Malam-malam begini
pijitlah nurani ini
:agar lepas kepenatan
(agar kurasakan terjangan angin)