Seharusnya tak ada yang mencemaskan sunyi
malam ini,
sebab bisik peristiwa
akan selalu mengalir bagai debur waktu
meski selembar hati rebah dalam isyarat kita
Perlahan debu-debu di perigi itu
menjemput pagi yang mulai bangkit
dari kubur-kubur tak bernisan
agar bisa melepas senyum dari kepedihan
dan cengkraman kekerasan sebuah ruang
Membentuk garis-garis tebal
lewat sudut matahari terasa redup pijar semesta
begitupun banyak kenyataan
yang harus bercengkrama diantara khayal
dan keresahan,
kota kian membatu
dari kungkung kelam yang terbius senja
(dan aku makin sendiri saja)
Tapak hari mulai lelah;
warna hidup pudar pada bising angan
jejak itu telah rampung
dalam lukisanmu